Tingkatkan Status Gizi Anak Kota Tasikmalaya, PUSPA, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Daarut Tauhiid, dan Universitas Siliwangi Jalin Kerja Sama

OLEH Amru Sebayang

07 Februari 2023

Kerja sama PUSPA, Dinkes Kota Tasikmalaya, Daarut Tauhiid, dan Universitas Siliwangi menjadi salah satu upaya atasi persoalan gizi di Kota Tasikmalaya. (Sumber gambar: Dok. PUSPA)

Meski menyandang nama Sang Primadona dari priangan timur, kondisi pemenuhan gizi di Kota Tasikmalaya atau Tasik tak sebersinar namanya. Pada perayaan Hari Gizi Nasional 2023 lalu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat mengatakan ada persoalan pelik perihal gizi anak di Tasikmalaya.

Angka stunting di Kota Tasik tinggal 22,4%, tapi perjalanan masih jauh, karena target nasional kita itu harus di bawah 22%," ungkap Uus.

Situasi inilah yang mendorong Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya gencar berkolaborasi dengan berbagai kelompok untuk memperbaiki target gizi di kota tersebut. Pada Agustus 2022, sebagai mitra penyelenggara, mereka berkolaborasi dengan Program Puskesmas Terpadu dan Juara (PUSPA) untuk memulai upaya intervensi masalah gizi.

“Dinas Kesehatan Kota Tasik sangat kooperatif bekerja sama dengan banyak pihak. Mereka juga melibatkan PUSPA untuk lakukan intervensi gizi,” kata Deni Frayoga, Project Lead untuk program PUSPA yang diinisiasi CISDI.

Melalui serangkaian sesi diskusi dan konsultasi, Dinkes dan PUSPA bersepakat mengintervensi lewat pemberian makanan tambahan. Catatan Tim PUSPA, masyarakat Kota Tasik lebih memilih pemberian makanan tambahan berbahan dasar lokal, dibanding jenis pemberian makanan tambahan lainnya.

Temuan ini kemudian mendorong Dinkes Kota dan Tim PUSPA Tasikmalaya mencari rekan kolaborasi yang sejalan. Hingga akhirnya mereka bertemu dengan pengurus Daarut Tauhid, sebuah lembaga masyarakat berbasis keagamaan yang berperan sebagai lembaga amil zakat nasional. Sumber dana Daarut Tauhiid berasal dari dana infaq dan sedekah. “Melalui diskusi dan negosiasi pihak Daarut Tauhiid memutuskan memberi dana untuk pengelolaan pemberian makanan tambahan kepada 5 puskesmas PUSPA di Kota Tasik,” kata Deni.

Sumber pendanaan untuk intervensi kesehatan di Kota Tasik memang terbatas sebab Kota Tasik tidak mendapatkan bantuan dana desa. Kelurahan bergantung pada APBD maupun APBN yang jumlahnya tidak sebesar dana desa.

Mulai Oktober hingga Desember 2023, tenaga kesehatan baik yang tergabung dalam PUSPA ataupun non-PUSPA di lima puskesmas memulai pemberian makanan tambahan kepada warga sekitar, lebih khusus bagi anak yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang.

Sama seperti stunting, angka gizi buruk di Kota Tasik tergolong tinggi. Pada 2021 lalu saja terdapat setidaknya 347 atau 0,82% balita di Kota Tasik yang mengalami gizi buruk. Sementara, untuk gizi kurang masih belum banyak data tersedia.

Rekomendasi Universitas Siliwangi

Untuk mengoptimalkan program yang tengah berjalan, Dinkes Kota Tasikmalaya dan Tim PUSPA juga berdiskusi dengan Universitas Siliwangi (UNSIL). Perwakilan UNSIL merekomendasikan agar pemberian makanan tambahan tidak hanya berlangsung tiga bulan, namun terus menerus. Dinkes Kota Tasikmalaya, PUSPA, dan Daarut Tauhiid berunding dan akhirnya bersepakat melanjutkan pemberian pemberian makanan tambahan hingga akhir tahun 2023.

Selain pemberian makanan tambahan, intervensi kesehatan juga dilanjutkan melalui pendidikan kader kesehatan agar mereka lebih cakap menangani persoalan gizi. Pihak puskesmas juga bertindak sebagai edukator dengan menyediakan modul, kurikulum, dan pengajar yang juga tenaga kesehatan. .

Ke depan, Program PUSPA akan berlanjut kembali pada Maret 2023. HIngga saat ini intervensi pemberian makanan tambahan masih berlanjut oleh lima puskesmas di Kota Tasik. Dinkes Kota Tasikmalaya berharap pelaksanaan PUSPA dan implementasi program pemberian makanan tambahan dalam jangka panjang mampu memberi dampak lebih terhadap status gizi anak di Kota Tasikmalaya.

“Kami menerima dengan baik segala masukan dan ajakan kolaborasi. Kerja sama Dinkes, PUSPA, Daarut Tauhiid, dan Universitas Siliwangi adalah bukti nyata kolaborasi masyarakat mampu perlahan-lahan mengatasi persoalan kesehatan,” kata Deni menutup pembicaraan.

Tentang Puskesmas Terpadu dan Juara

Program PUSPA (Puskesmas Terpadu dan Juara) merupakan kolaborasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang didukung Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) untuk memperkuat respons penanganan COVID-19 melalui puskesmas. Program ini merekrut 500 tenaga kesehatan sebagai petugas lapangan yang bertugas di 100 puskesmas di 12 kota/kabupaten di Jawa Barat. Program PUSPA bertujuan menguatkan upaya deteksi, lacak kasus, edukasi publik terkait 3M, menyiapkan vaksinasi COVID-19 hingga memastikan pemenuhan layanan kesehatan esensial di Jawa Barat.

Penulis:
Amru Sebayang