Ibu Ida: Dari Rumah ke Rumah Membantu Kelompok Disabilitas Dapatkan Vaksin

OLEH Amru Sebayang

21 SEPTEMBER 2022

Ibu Ida (kemeja merah jambu) bersama BAZNAS dalam sebuah kunjungan memberikan bantuan untuk seorang warga yang alami Glaukoma. (Sumber gambar: Dok. Pribadi)

Segudang prestasi, pengalaman lapangan, dan berbagai peran atau jabatan yang dimiliki serta diamanahkan kepada Hotnida Kartini Hutagalung (57) tak serta meninggikan hatinya. Ibu Ida, sapaan akrabnya, merupakan Kader PRIMA Puskesmas Wanasari, Kabupaten Bekasi. Perjalanan panjang Ibu Ida dimulai dari perannya menjadi kader posyandu pada 1998.

Ia mulai menjadi kader sebelum posyandu tempat ia bergiat memiliki bangunan yang sekokoh sekarang. “Dulu kami bilangnya itu gubuk (bangunan posyandu). Tapi sekarang sudah bagus,” ungkapnya. Selain posyandu, Ibu Ida bahkan sempat menjadi Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di rukun tetangga (RT) tempat ia tinggal. Ia juga pernah menjadi pengurus rukun warga (RW) setempat dan mendata warga-warga di RT sekitar yang membutuhkan bantuan.

Banyaknya pengalaman, membuat Kepala Puskesmas Wanasari, dr. Kristin Ginting, menunjuk Ibu Ida menjadi Kader PRIMA. “Saya ditunjuk karena dulu sudah sering keliling dari satu rumah ke rumah, menanyakan soal COVID-19,” ungkapnya lagi.

Sebagai Kader PRIMA, tugas pokok Ibu Ida adalah mengedukasi masyarakat sekitar mengenai vaksin, khususnya kelompok-kelompok rentan, seperti lansia. Namun, Ibu Ida juga masih sangat memperhatikan kelompok penyandang disabilitas.

Ibu Ismi bersama rekan-rekan tetap bersemangat mempelajari hal-hal baru untuk membantu warga sekitarnya. (Sumber gambar: Dok. PN PRIMA)

Salah seorang penyandang disabilitas yang Ibu Ida kunjungi adalah S (22). Karena S belum pernah divaksin, Ibu Ida datang untuk menawarkannya, tapi sayang, penolakan yang justru disampaikan dari keluarga S karena mereka takut dengan efek samping vaksin.

Tidak patah semangat, Ibu Ida tetap tekun mengedukasi orang tua S. Ia berusaha menjelaskan sebisa mungkin segala hal mengenai vaksin, salah satunya dengan menyebut ada prosedur ketat sebelum seseorang layak mendapatkan vaksin. Luluh dengan kegigihan Ibu Ida, kedua orang tua mengizinkan S divaksin.

Namun sayang, setelah melalui sesi konsultasi dengan dokter puskesmas, S dinyatakan tidak bisa mendapatkan vaksin. Empati Ibu Ida tidak berhenti di situ saja. Ia mengupayakan hal lain untuk membantu S. “Saya lihat dia perlu kursi roda. Makanya, saya coba komunikasikan dengan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional),” tutur Ibu Ida kembali.

Tak lama berselang, S menerima kursi roda yang dibutuhkan, keluarga S tampak senang dengan pemberian itu. Selain itu, ia juga membantu warga penyandang disabilitas lain. Salah satunya A (33), seorang warga dengan tantangan mental.

A sempat mendapat perawatan di salah satu rumah sakit jiwa yang kemudian dilanjutkan oleh keluarganya. Tantangan mental yang dialami sebabkan A mudah marah. “Kalau seperti ini cara mendekatinya harus terus-terusan. Harus diajak komunikasi dan ngobrol terus,” sambung Ibu Ida.

Setiap minggu, Ibu Ida selalu menyempatkan waktu mengunjungi A, sambil berinteraksi dan makan bersama. Kerap kali, Ibu Ida juga membelikan makanan atau minuman. Pendekatan yang dilakukan Ibu Ida membuahkan hasil.

A mulai dapat lebih terbuka dan tak enggan berinteraksi hingga terjalin hubungan dekat antara mereka berdua. Kedekatan yang ia bangun berhasil membuat Ibu Ida mengajak A melakukan vaksinasi, tanpa ada penolakan sama sekali dari keluarga. Mereka sangat menghargai ketulusan hati Ibu Ida.

Tak lama berselang, S menerima kursi roda yang dibutuhkan, keluarga S tampak senang dengan pemberian itu. Selain itu, ia juga membantu warga penyandang disabilitas lain. Salah satunya A (33), seorang warga dengan tantangan mental.

Bagi Ibu Ida bergabung sebagai Kader PRIMA adalah pilihan hidup. Dirinya menganggap kesempatan ini dapat digunakan untuk membantu orang lain lebih banyak lagi, khususnya warga di wilayah tempat tinggalnya. “Sebagian warga yang saya kenal tidak tahu kelurahan sehingga sulit mendapat bantuan sosial. Menjadi Kader PRIMA membuat saya bisa memberi tahu mereka ke mana harus pergi, jika mereka membutuhkan pertolongan,” ungkapnya menutup percakapan.

Tentang PN-PRIMA

PN-PRIMA atau Pencerah Nusantara: Puskesmas Responsif-Inklusif Masyarakat Aktif Bermakna adalah program penguatan puskesmas yang didukung Asian Venture Philanthropy Network. Bersifat inklusif dan partisipatif, fokus program adalah vaksinasi COVID-19 kelompok rentan, pemulihan layanan kesehatan esensial, dan pemberdayaan kader. Inisiatif ini dikelola CISDI dan beroperasi di 21 puskesmas di Kabupaten Bekasi, Kota Bandung, dan Kota Depok pada September 2021 - September 2022.

Tentang CISDI

Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) adalah organisasi non-profit yang mendorong penerapan kebijakan kesehatan berbasis bukti ilmiah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaya, setara, dan sejahtera dengan paradigma sehat. CISDI melaksanakan advokasi, riset, dan manajemen program untuk mewujudkan tata kelola, pembiayaan, sumber daya manusia, dan layanan kesehatan yang transparan, adekuat, dan merata.

Penulis:
Amru Sebayang