Kerja Keras dan Pembelajaran Mengupayakan Kader PRIMA Melek Teknologi

PN PRIMA memberdayakan kader memanfaatkan teknologi digital untuk pendataan dan pendampingan kelompok rentan. (Sumber gambar: Dok. PN PRIMA)

Salah satu tujuan diadakannya program Pencerah Nusantara Puskesmas Responsif Inklusif Masyarakat Aktif Bermakna (PN PRIMA) ialah mengintegrasikan data antara platform yang diinisiasi PN PRIMA dengan data vaksinasi, PTM, dan gizi yang dikelola puskesmas.

Platform ini menghasilkan data yang dapat dimanfaatkan pihak berkepentingan untuk mengambil keputusan strategis. Oleh karena itu, peran Kader PRIMA sangat penting dalam proses pendataan ketika melaksanakan surveilans berbasis masyarakat (SBM).

Sayangnya, banyak masyarakat menganggap kader posyandu dan posbindu tidak melek teknologi karena telah berusia lanjut dan tidak memiliki telepon pintar sehingga lebih nyaman mendata dengan manual.

Di sisi lain, data demografi menunjukkan mayoritas Kader PRIMA berada pada kelompok usia 31-45 tahun dan 46-59 tahun. Kelompok usia 46-59 tahun merupakan mayoritas terbanyak kedua sebesar 42%.

Ini menimbulkan kekhawatiran kelompok tersebut akan hadapi kendala ketika menggunakan aplikasi. Bahkan telah disiapkan opsi agar pendataan dilakukan manual untuk memudahkan mereka.

Tabel: Komposisi Kader PRIMA berdasarkan kelompok usia

Kelompok UsiaJumlah KaderPersentase
18-30697%
31-4549547%
46-5943942%
>60414%
TOTAL1044100%

Sumber: Dokumentasi Tim Program PN PRIMA 1.0

Namun temuan lapangan tunjukkan sebaliknya. Mayoritas kader PRIMA tidak alami kendala menggunakan platform pendataan terlepas dari usia dan latar belakang pendidikan. Kader dengan usia lebih senior terbukti mampu memanfaatkan pendataan digital.

Evaluasi akhir Program PN PRIMA menunjukkan sebanyak 987 kader (95% dari total kader PRIMA) telah mampu menggunakan aplikasi. Ini sudah termasuk kader di rentang usia 46 tahun ke atas.

Upaya mencapai persentase tinggi tersebut tidak mudah. Pada dua bulan pertama (Maret-April) jumlah kader dengan aplikasi sebanyak 495 orang atau sekitar 47%. Angka ini naik signifikan sebanyak 947 kader (91%) pada Juni.

Bagaimana agar kader mau dan konsisten memanfaatkan aplikasi? Hasil pembelajaran menunjukkan beberapa hal:

1. Tenaga kesehatan puskesmas perlu memanfaatkan dashboard PN PRIMA untuk mengetahui kader yang aktif ataupun pasif memanfaatkan platform. Puskesmas akan mengkonfirmasi kader yang pasif dan mendiskusikan masalah yang dialami;2. Terbukanya konsultasi melalui grup aplikasi percakapan WhatsApp, telepon, atau jalur komunikasi lain ketika kader mengalami kesulitan. Konsultasi tidak hanya kepada nakes, tetapi juga dengan fasilitator lapangan PN PRIMA;3. Sebagian kader merasa lebih nyaman lakukan pengisian data dalam kelompok dibanding sendiri, sehingga ketika mereka alami kendala, kader lain bisa membantu;4. Beberapa kader yang tidak memiliki telepon pintar meminjam telepon pintar kader lain atau memanfaatkan laptop atau komputer. Karena setiap kader memiliki akun terpisah, setiap kader harus mengisi platform dengan akunnya sendiri; dan5. Beberapa kader yang tidak memiliki kuota atau paket data memanfaatkan sinyal internet (Wi-fi) di kantor RW, kelurahan, atau fasilitas umum lainnya. Sebelumnya, kader melakukan pendataan manual lalu dipindahkan ke platform.

Salah satu yang dihasilkan kader PRIMA dari pemanfaatan platform ini adalah tersedianya data 26.239 individu rentan berdasar nama dan alamat (by name by address/BNBA) yang telah diintegrasikan dengan data puskesmas.

Prestasi ini mematahkan keraguan masyarakat terhadap kader yang tidak melek teknologi sekaligus menjadi peluang puskesmas memberdayakan kader memanfaatkan teknologi digital lainnya.

FEBRIANSYAH SOEBAGIO MEL SPECIALIST
PN PRIMA