Kerja Keras Ibu Tri Yani Kader Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung Antar Kelompok Rentan Dapatkan Vaksin

Ibu Tri (kiri) usai mengantarkan salah seorang lansia lakukan vaksinasi di wilayah dekat tempat tinggalnya (Sumber gambar: Dok. Tri Yani)

“Mengedukasi orang lanjut usia (lansia) dan ibu hamil bukanlah pekerjaan yang mudah, namun tidak bisa dikatakan sulit juga. Kuncinya adalah kesabaran.”

Ucap Ibu Tri Yani (49), yang merupakan salah satu Kader Puskesmas Responsif-Inklusif Masyarakat Adil Bermakna (PRIMA) Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Niat dan ketulusan ibu Tri sangat mulia karena mau mengabdikan dirinya sebagai Kader di usianya yang sudah tidak muda lagi.

Sebagai Kader PRIMA, Ibu Tri memiliki empati yang baik. Ia paham jika tenaga kesehatan alami keterbatasan menjemput masyarakat rentan menuju puskesmas untuk vaksin. Padahal masyarakat rentan, seperti lansia dan juga ibu hamil, adalah kelompok yang sangat membutuhkan vaksin.

Berawal dari kondisi ini, Ibu Tri bersama rekan mulai mengantarkan satu per satu kelompok rentan ke fasilitas penyedia vaksinasi. Biasanya, ia mengantarkan mereka ke mall ataupun puskesmas yang sedang mengadakan vaksinasi massal. “Kalau mall biasanya kita antarkan ke Istana Plaza (IP),” tuturnya.

Ibu Tri adalah salah satu Kader PRIMA yang paling aktif mengantar masyarakat rentan, khususnya lansia dan ibu hamil, menuju penyedia vaksin.

Ibu Tri (berbaju oranye) lakukan sosialisasi kegiatan vaksinasi di salah satu mall di Kota Bandung (Sumber gambar: Dok. Tri Yani)

“Kalau tempat berdekatan (dengan puskesmas) biasanya kita antarkan langsung (setelah diedukasi),” tuturnya. Namun, jika ada lansia yang menolak vaksin, ia pun tidak menganggapnya masalah. Menurutnya, kecenderungan lansia menolak vaksin biasanya sama, mereka merasa tidak ke mana-mana dan merasa pandemi telah usai.

Untuk menanggapi hal ini, biasanya Ibu Tri menjelaskan situasi penanganan wabah di Indonesia, khususnya mengenai kasus yang mulai naik kembali. Di samping lansia, ibu hamil juga menjadi target vaksinasi yang kadang kala menolak.

Alasannya, banyak dari mereka yang takut vaksin akan mengganggu kesehatan diri dan janin. Beberapa yang menolak berasal dari kelompok ibu hamil di masa lanjut, sekitar di atas 7 bulan masa kehamilan.

“Ada yang sudah 8 bulan masa kehamilan, bilangnya setelah melahirkan mau divaksin. Tapi, begitu selesai melahirkan justru menghilang tanpa kabar.”

“Voucer Vaksin”

Ibu Tri (menggunakan baju pelindung) mendata kondisi kesehatan lansia (Sumber gambar: Dok. Tri Yani)

Ibu Tri menyesuaikan berbagai moda transportasi dengan target vaksinasi yang mau diantar. Bagi lansia yang alami kesulitan beraktivitas, ia sering memesankan ojek atau taksi daring. Sementara, mereka yang masih bisa aktif bergerak kerap diantar dengan angkot. Perihal biaya yang dikeluarkan untuk mengantar pasien, Ibu Tri tidak merasa keberatan.

Pihak Puskesmas Pasirkaliki dan penyelenggara Program PN PRIMA telah miliki mekanisme reimbursement bagi kader seperti Ibu Tri. Caranya sederhana, pasca mengantarkan pasien vaksin, Ibu Tri mencatat nama pasien tersebut dalam aplikasi pendataan PN PRIMA.

Setelah mengantarkan pasien, umumnya ada bukti bayar yang terkumpul, seperti struk pemesanan kendaraan daring. Bukti-bukti transaksi inilah yang kemudian dikumpulkan dan disesuaikan dengan tanggal pasien lakukan vaksin. Setelahnya, Ibu Tri tinggal mengirimkan bukti-bukti tersebut agar uangnya bisa di-reimburse pihak puskesmas.

Keterampilan ini sangat membantunya menjalankan aktivitas sebagai Kebijakan yang disebut “voucer vaksin” ini membantu banyak Kader PRIMA mengantar pasien ke sentra-sentra vaksinasi. Bagi pasien lansia dengan komorbid proses vaksinasi yang cepat sangatlah dibutuhkan, apalagi ketika sentra penyedia layanan vaksin tersebut juga memfasilitasi layanan pengecekan kesehatan.

“Kalau dengan voucer vaksin ini bisa banget percepat capaian vaksinasi di tingkat kecamatan. Kader PRIMA jadi tidak ragu kalau harus mengantar pasien menuju tempat vaksinasi,” tuturnya menutup pembicaraan.

Tentang PN-PRIMA

PN-PRIMA atau Pencerah Nusantara: Puskesmas Responsif-Inklusif Masyarakat Aktif Bermakna adalah program penguatan puskesmas yang didukung Asian Venture Philanthropy Network. Bersifat inklusif dan partisipatif, fokus program adalah vaksinasi COVID-19 kelompok rentan, pemulihan layanan kesehatan esensial, dan pemberdayaan kader. Inisiatif ini dikelola CISDI dan beroperasi di 21 puskesmas di Kabupaten Bekasi, Kota Bandung, dan Kota Depok pada September 2021 - September 2022.

Tentang CISDI

Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) adalah organisasi non-profit yang mendorong penerapan kebijakan kesehatan berbasis bukti ilmiah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaya, setara, dan sejahtera dengan paradigma sehat. CISDI melaksanakan advokasi, riset, dan manajemen program untuk mewujudkan tata kelola, pembiayaan, sumber daya manusia, dan layanan kesehatan yang transparan, adekuat, dan merata.

Penulis:
Amru Sebayang