Ini Cerita Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tingkatkan Pendataan ILI

OLEH FEBRIANSYAH SOEBAGIO

23 MARET 2022

Depok, 27 Juli 2022 - Salah satu target Program Pencerah Nusantara Puskesmas Responsif-Inklusif Masyarakat Aktif Bermakna (PN-PRIMA) ialah meningkatkan kapasitas skrining ILI (Influenza like illness/penyakit serupa influenza) puskesmas. Berdasarkan catatan Kemenkes, ILI adalah infeksi akut saluran pernapasan dengan demam (suhu lebih dari 38° C) disertai batuk, sakit, tenggorokan, nyeri sendi, dan nyeri otot. Skrining ILI puskesmas sangat berguna mendeteksi masyarakat yang alami gejala awal COVID-19 untuk mencegah penularannya.

Untuk mendukung hal tersebut, PN PRIMA melatih 1044 kader melakukan pendataan skrining ILI di 21 puskesmas. Pendataan menggunakan aplikasi digital yang dikembangkan Tim PN PRIMA dan dapat dipantau melalui dashboard PN PRIMA. Kegiatan dilakukan sejak Maret dan akan terus berlangsung hingga akhir September ini.

Meski begitu, ditemui tantangan cukup besar. Selama kurun satu setengah bulan pertama (Maret-April), jumlah individu terdata relatif rendah. Rata-rata setiap puskesmas hanya mendata 28 individu. Pemantauan program menunjukkan banyak individu menolak diskrining ILI karena:

1. Khawatir bila gejalanya berat harus melakukan tes swab, Menganggap2. Menganggap pandemi COVID-19 sudah berakhir

Individu juga cenderung menghindar atau merasa tidak nyaman bila kader lakukan pendataan dengan smartphone. Tidak heran capaian skrining ILI menunjukkan angka kurang menggembirakan.

Untuk mengatasi hal itu, beberapa puskesmas mencari metode pendataan alternatif. Salah satunya Puskesmas Pancoran Mas, Kota Depok, yang berhasil menaikkan angka skrining ILI signifikan. Bila per 17 April, skrining ILI sebesar 106 individu, ini meningkat menjadi 2157 individu per 19 Juni dan terakhir 2808 per 4 Juli. Angka ini meninggalkan capaian skrining ILI puskesmas-puskesmas lainnya, baik di Kota Depok ataupun kota atau kabupaten lainnya.

Keberhasilan Puskesmas Pancoran Mas meningkatkan skrining ILI disebabkan beberapa hal:

1. Pendataan dilakukan tidak harus melalui smartphone agar suasana lebih nyaman. Beberapa kader membangun komunikasi personal terlebih dahulu dan lakukan pendataan melalui kertas. Setelah menjangkau, kader memasukkan data yang diambil ke aplikasi pendataan PN PRIMA,2. Pendataan tidak harus dilakukan dari rumah ke rumah atau di fasilitas kesehatan. Aktivitas pendataan juga dilakukan pada forum yang melibatkan banyak individu dan pada suasana yang nyaman seperti kegiatan di masjid (salat tarawih), senam sehat maupun pertemuan RT/RW, dan3. Nakes bersama Tim PN PRIMA menciptakan suasana kerja yang solid, kompetitif, dan harmonis yang memotivasi kader bekerja seoptimal mungkin. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memanfaatkan grup aplikasi chat (WhatsApp) kader untuk saling memberi dukungan dan membagi cerita praktik lapangan di antara kader.

Sebagai tambahan, kader juga mengintegrasikan pendataan skrining ILI dengan kegiatan lain, seperti pelayanan posyandu, posbindu, dan pendampingan vaksinasi COVID-19 sehingga kader tidak perlu melakukan pendataan dan pendampingan berulang kali untuk individu yang sama.

Sebagai tindak lanjut keberhasilan ini, Tim PN PRIMA Kota Depok lalu memotivasi kader-kader PRIMA di puskesmas lain melakukan hal serupa. Salah satunya Puskesmas Sukatani yang awalnya melakukan skrining ILI pada 155 individu pada 17 April meningkat ke 1345 per 4 Juli.

Keberhasilan ini menjadi pembelajaran bersama tentang pendataan skrining ILI. Pertama, bagaimana Kader PRIMA secara inovatif mencari metode yang lebih nyaman dan mudah diterima individu sasaran. Kedua, menguatkan kerja sama dan soliditas tim yang dilakukan tenaga kesehatan dan Tim PN PRIMA Kota Depok.

Penulis:
Febriansyah Soebagio (MEL SPECIALIST - PN PRIMA)
M. Anugrah Saputra (MEL-Qualitative Officer)